SMRC: 53 Persen Publik Yang Menolak Sistem Pemilu Tertutup Akan Protes

Suwardi Sinaga - Senin, 12 Juni 2023 21:36 WIB
SMRC: 53 Persen Publik Yang Menolak Sistem Pemilu Tertutup Akan Protes
SMRC
Hasil survei SMRC.
indomedia.co - Mayoritas publik (53 persen) yang menolak jika Mahkamah Konstitusi mengabulkan gugatan sistem pemilu proporsinal terbuka menjadi tertutup akan melakukan protes.

Demikian hasil survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) bertajuk Sikap Publik Terhadap Gugatan Sistem Pemilu yang digelar pada 30-31 Mei 2023 melalui telepon.

Hasil survei itu dipresentasikan Direktur Riset SMRC Deni Irvani, Senin, 12 Juni 2023.

Deni menunjukkan sekitar 24 persen warga yang tahu bahwa sistem pemilihan proporsional terbuka sedang digugat ke MK agar diubah menjadi sistem proporsional tertutup. Dari yang tahu, 64 persen (atau 15 persen dari total populasi) menyatakan menolak jika MK mengabulkan gugatan tersebut dan sistem pemilihan menjadi tertutup. Yang mendukung hanya 31 persen atau 7 persen dari total populasi. Masih ada 5 persen yang belum berpendapat. Sikap mayoritas warga yang menolak MK mengabulkan sistem proporsional tertutup ini konsisten dalam dua kali survei (Februari dan Mei 2023).

Deni melanjutkan bahwa dari 15 persen warga yang menolak jika MK mengabulkan sistem pemilihan menjadi tertutup tersebut, ada 53 persen (8 persen dari total populasi) yang menyatakan akan melakukan protes secara terbuka. Dari yang akan protes, sekitar 70 persen (6 persen dari populasi) menyatakan akan protes di media sosial (instagram, youtube, tiktok, twitter, dll.), dan ada 22 persen (2 persen dari populasi) yang akan protes dengan ikut demonstrasi turun ke jalan.

Pemilihan sampel dalam survei ini dilakukan melalui metode random digit dialing (RDD). RDD adalah teknik memilih sampel melalui proses pembangkitan nomor telepon secara acak. Survei terakhir dilakukan pada 30-31 Mei 2023 dengan sampel sebanyak 909 responden dipilih melalui proses pembangkitan nomor telepon secara acak. Margin of error survei diperkirakan ±3.3% pada tingkat kepercayaan 95%, asumsi simple random sampling. Wawancara dengan responden dilakukan lewat telepon oleh pewawancara yang dilatih.

Deni menjelaskan bahwa pemilih kritis adalah pemilih yang punya akses ke sumber informasi sosial politik secara lebih baik karena mereka memiliki telepon atau cellphone sehingga bisa mengakses internet untuk mengetahui dan bersikap terhadap berita-berita sosial politik.

Mereka umumnya adalah pemilih kelas menengah bawah ke kelas atas, lebih berpendidikan, dan cenderung tinggal di perkotaan. Mereka juga cenderung lebih bisa memengaruhi opini kelompok pemilih di bawahnya. Total pemilih kritis ini secara nasional diperkirakan 80%. (***)

Baca berita dan artikel Indomedia.co lainnya di Google News

Editor
: Suwardi Sinaga
SHARE:
Tags
Berita Terkait
Komentar
Berita Terbaru