DeepSeek Startup AI China Gemparkan Wall Street
Suwardi Sinaga - Selasa, 28 Januari 2025 20:58 WIB

VOA Indonesia
DeepSeek.
indomedia.co -DeepSeek, sebuah startup asal China, berhasil mengejutkan pasar dan menggemparkan Wall Street dengan peluncuran chatbot canggih yang dirancang lebih efisien dan biaya-produksinya jauh lebih rendah dibandingkan para pesaingnya. Perusahaan ini didirikan oleh mantan ahli dari perusahaan hedge fund yang percaya bahwa kecerdasan buatan (AI) dapat membawa perubahan besar bagi dunia.
Bertempat di Hangzhou, China Timur — yang dikenal sebagai "Silicon Valleynya China" — DeepSeek telah mencuri perhatian global setelah meluncurkan produk revolusionernya. Namun, di China sendiri, perusahaan ini sudah lebih dulu dikenal karena berhasil membuat gebrakan besar. Tahun lalu, DeepSeek dijuluki "Pinduoduo AI," merujuk pada aplikasi belanja daring yang sukses menyaingi raksasa e-commerce seperti Alibaba dengan strategi harga yang sangat kompetitif.
Di China, DeepSeek dipuji karena kemampuannya dalam mengatasi tantangan besar, termasuk sanksi Amerika Serikat yang membatasi akses ke chip canggih yang dibutuhkan untuk mendukung perkembangan AI. Keberhasilan ini menunjukkan ketangguhan perusahaan dalam menghadapi hambatan yang diberlakukan oleh negara-negara Barat.
DeepSeek didirikan oleh Liang Wenfeng, seorang ahli teknologi dan pebisnis yang lahir pada 1985. Liang, yang merupakan lulusan Teknik dari Universitas Zhejiang di Hangzhou, sebelumnya menyatakan keyakinannya bahwa kecerdasan buatan akan mengubah dunia. Selama bertahun-tahun, ia fokus untuk menemukan cara-cara baru dalam menerapkan AI di berbagai bidang. Menurut sebuah wawancara dengan media investasi China, Waves, Liang akhirnya berhasil dengan mendirikan High-Flyer, sebuah firma investasi kuantitatif yang menggunakan AI untuk menganalisis pola pasar saham.
Strategi High-Flyer terbukti sukses besar, menghasilkan keuntungan puluhan miliar yuan dan menjadikannya salah satu dana lindung nilai terkemuka di China. Liang mengungkapkan dalam wawancara tersebut bahwa prinsip perusahaan adalah "menghitung biaya dan harga secara hati-hati tanpa mensubsidi atau mengejar keuntungan besar."
DeepSeek, yang sejak awal menjadi proyek penuh gairah bagi Liang, akhirnya berhasil memicu kejutan di industri teknologi. Pada 2021, Financial Times melaporkan bahwa Liang mulai membeli unit pemrosesan grafis Nvidia untuk mendukung proyek sampingan AI-nya. Rekan-rekannya menggambarkan Liang sebagai sosok yang rendah hati dan "sama sekali tidak seperti seorang bos," namun memiliki kemampuan belajar yang luar biasa.
Peluncuran produk AI DeepSeek kini telah menarik perhatian internasional dan berpotensi meruntuhkan dominasi pasar AI yang selama ini dipegang oleh raksasa teknologi Amerika, seperti Nvidia. Hal ini juga mendorong saham Nvidia anjlok, memicu perhatian di kalangan para pakar industri dan investor teknologi. Minggu lalu, Liang bahkan terlibat dalam pertemuan dengan Perdana Menteri China, Li Qiang, untuk membahas kebijakan ekonomi negara.
Keberhasilan DeepSeek menggugah perdebatan mengenai seberapa efektif sanksi yang diterapkan negara-negara Barat untuk membatasi akses perusahaan China terhadap teknologi penting, serta apakah perusahaan-perusahaan China mampu bersaing atau bahkan unggul dalam perkembangan AI generatif.
Presiden AS, Donald Trump, menyebut situasi ini sebagai "alarm untuk bangun" bagi Silicon Valley, sementara investor teknologi Marc Andreessen menyebutnya sebagai "momen Sputnik versi AI." Seruan untuk Washington agar mengambil tindakan lebih tegas terhadap perusahaan China, terutama dalam membatasi akses mereka ke chip teknologi tinggi, semakin menguat.
Liang mengakui bahwa hambatan terbesar yang dihadapinya adalah pembatasan yang diberlakukan oleh AS.
"Uang tidak pernah menjadi masalah bagi kami; yang menjadi tantangan adalah embargo pada chip kelas atas," ujarnya dilansir dari VOA Indonesia.
Di luar isu geopolitik, Liang berharap teknologi AI yang dikembangkan oleh DeepSeek dapat membantu umat manusia untuk memahami lebih dalam mengenai proses berpikir manusia.
"Kami berhipotesis bahwa hakikat kecerdasan manusia mungkin adalah bahasa, dan pemikiran manusia pada dasarnya bisa jadi adalah proses linguistik," ungkapnya.
"Apa yang Anda anggap sebagai berpikir mungkin sebenarnya adalah bahasa yang dirangkai oleh otak Anda," tambahnya. ***
Baca berita dan artikel Indomedia.co lainnya di Google News
Ikuti berita dan artikel lainnya di Saluran WhatsApp Indomedia.co
Editor
: Suwardi Sinaga
SHARE:
Tags
Berita Terkait
Komentar