Wujudkan Asta Cita dan Capai Target Lifting Minyak, Menteri ESDM Lakukan Tiga Langkah Strategis

Suwardi Sinaga - Jumat, 31 Januari 2025 07:54 WIB
Wujudkan Asta Cita dan Capai Target Lifting Minyak, Menteri ESDM Lakukan Tiga Langkah Strategis
Kementerian ESDM
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia.
indomedia.co -Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menegaskan komitmennya untuk meningkatkan lifting minyak Indonesia hingga mencapai 900 ribu hingga 1 juta barel per hari pada tahun 2028-2029. Target ini sejalan dengan Asta Cita ketahanan dan swasembada energi yang telah ditetapkan oleh Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto. Pernyataan tersebut disampaikan Bahlil saat memberikan keynote speech dalam acara Beritasatu Economic Outlook 2025 di Jakarta, Kamis, 30 Januari 2025.

"Dalam Asta Cita Presiden Prabowo, terdapat empat fokus utama. Pertama, ketahanan pangan; kedua, ketahanan energi; ketiga, hilirisasi; dan yang keempat adalah makanan bergizi. Kebetulan, saya mendapatkan tugas untuk menangani ketahanan energi dan hilirisasi," ujar Bahlil.

Mengenai ketahanan energi, Bahlil menjelaskan bahwa situasi saat ini berbeda jauh dengan kondisi pada 1996-1997. Saat itu, lifting minyak Indonesia mencapai 1,6 juta barel per hari, sementara konsumsi domestik hanya sekitar 600 ribu barel per hari, sehingga Indonesia bisa mengekspor 1 juta barel per hari. Namun, pada 2024, kondisi berbalik, dengan lifting minyak hanya sekitar 690 ribu barel per hari pada dua bulan terakhir, sementara impor minyak Indonesia per hari mencapai 1 juta barel.

"Pada tahun 2024, Indonesia justru mengimpor lebih banyak minyak, sekitar 1 juta barel per hari. Ini sangat berbeda dengan kondisi pada 1996-1997," tambah Bahlil.

Bahlil juga mengungkapkan keprihatinannya terhadap kenyataan bahwa sebagian besar kebutuhan minyak domestik Indonesia dipenuhi melalui impor dari negara-negara yang tidak memproduksi minyak.

"Sekitar 58% dari konsumsi minyak kita berasal dari impor, dan sebagian besar minyak itu datang dari Singapura, negara yang tidak memproduksi minyak. Harganya pun setara dengan harga minyak dari Timur Tengah," jelas Bahlil.

Untuk mencapai target lifting minyak yang ditetapkan pada 2028-2029, Bahlil menyampaikan tiga langkah strategis yang akan diambil oleh pemerintah. Pertama, pemerintah akan fokus untuk menggarap sumur-sumur idle (sumur yang tidak aktif). Kedua, pemerintah akan mengoptimalkan sumur-sumur yang sudah ada dengan memanfaatkan teknologi, termasuk Enhanced Oil Recovery (EOR). Ketiga, percepatan akan dilakukan pada 300 sumur yang telah dieksplorasi namun belum memiliki Plan of Development (PoD).

Berdasarkan data Kementerian ESDM, saat ini terdapat sekitar 40.000 sumur minyak, dengan 16.000 di antaranya adalah sumur idle yang bisa diaktifkan kembali. Sumur-sumur ini sebagian besar masih dikuasai oleh PT Pertamina (Persero) maupun Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS). Kementerian ESDM telah memetakan sumur-sumur yang memiliki potensi kandungan minyak dan cara yang tepat untuk memproduksinya.

Selain itu, Bahlil juga menyarankan perubahan pola pengeboran dengan menggunakan metode horizontal, seperti yang telah diterapkan di Amerika Serikat.

"Di Amerika, produksi minyak dapat meningkat dari 3 juta barel menjadi 13 juta barel per hari dengan menggunakan pengeboran horizontal. Sementara Indonesia selama ini masih menggunakan pengeboran vertikal. Metode horizontal memungkinkan lebih banyak minyak yang tidak terangkut untuk ikut diproduksi," kata Bahlil.

Dengan langkah-langkah tersebut, Bahlil berharap Indonesia dapat meningkatkan produksi minyak domestik dan mengurangi ketergantungan pada impor, serta mewujudkan ketahanan energi yang lebih kuat di masa depan. ***

Baca berita dan artikel Indomedia.co lainnya di Google News

Ikuti berita dan artikel lainnya di Saluran WhatsApp Indomedia.co

Editor
: Suwardi Sinaga
SHARE:
Tags
Berita Terkait
Komentar
Berita Terbaru