Perang Thailand-Kamboja Terus Berlanjut

Suwardi Sinaga - Minggu, 27 Juli 2025 23:22 WIB
Perang Thailand-Kamboja Terus Berlanjut
Tasnim
Perang antara Thailand dan Kamboja memasuki hari keempat pada Minggu, 27 Juli 2025.

indomedia.co - Perang antara Thailand dan Kamboja memasuki hari keempat pada Minggu, 27 Juli 2025. Meskipun kedua negara sebelumnya menyatakan kesiapan untuk membahas gencatan senjata setelah campur tangan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.

Kedua negara yang menjadi destinasi wisata populer ini kini terlibat dalam konflik paling berdarah dalam beberapa tahun terakhir, dengan sedikitnya 33 orang dilaporkan tewas dan lebih dari 200.000 orang terpaksa mengungsi.

Pihak Thailand dan Kamboja mengaku bersedia memulai perundingan damai, setelah Presiden Trump melakukan pembicaraan telepon dengan kedua perdana menteri pada Sabtu malam. Dalam pernyataannya, Trump mengatakan kedua pemimpin telah sepakat untuk bertemu dan "segera menyusun" rencana gencatan senjata.

Namun, pada Minggu pagi, pertempuran kembali pecah dengan tembakan artileri di sekitar dua kuil kuno yang telah lama menjadi sengketa di wilayah perbatasan utara Kamboja dan timur laut Thailand.

Juru bicara Kementerian Pertahanan Kamboja, Maly Socheata, menyatakan bahwa pasukan Thailand mulai menyerang sekitar pukul 04.50 waktu setempat di area sekitar kuil. Sementara itu, Wakil Juru Bicara Angkatan Darat Thailand, Ritcha Suksuwanon, mengatakan bahwa justru pasukan Kamboja yang lebih dahulu menembakkan artileri sekitar pukul 04.00.

Suara ledakan dari artileri terdengar hingga ke kota Samraong, Kamboja, yang berjarak sekitar 20 kilometer dari garis depan, menurut laporan jurnalis AFP.

Perdana Menteri Kamboja, Hun Manet, menyatakan bahwa pihaknya menyetujui proposal gencatan senjata tanpa syarat dan segera antara kedua angkatan bersenjata. Ia menambahkan bahwa Menteri Luar Negeri Kamboja, Prak Sokhonn, akan berkoordinasi dengan Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, serta pemerintah Thailand. Namun, Hun Manet memperingatkan agar Bangkok tidak mengingkari kesepakatan.

Dari pihak Thailand, Perdana Menteri sementara Phumtham Wechayachai juga menyatakan kesediaannya untuk melakukan gencatan senjata dan memulai perundingan "secepat mungkin".

Meskipun kedua negara menyatakan niat untuk berdialog, belum ada tanda-tanda konkret dari salah satu pihak untuk mengurangi ketegangan. Kedua belah pihak saling menyalahkan atas kegagalan upaya perdamaian. Kementerian Luar Negeri Thailand bahkan menuduh pasukan Kamboja menembakkan peluru ke permukiman warga di Provinsi Surin.

"Tidak mungkin tercapai penghentian permusuhan selama Kamboja masih menunjukkan itikad buruk dan terus-menerus melanggar prinsip dasar hak asasi manusia dan hukum kemanusiaan," bunyi pernyataan resmi Thailand dilansir dari Kantor Berita Tasnim.

Sementara itu, Kamboja membantah tuduhan tersebut. Dalam pernyataan terpisah, juru bicara Maly Socheata menyebut tindakan Thailand sebagai "agresi yang disengaja dan terkoordinasi".

Pertikaian yang bermula dari sengketa perbatasan lama ini meningkat menjadi konflik terbuka sejak awal pekan ini. Kedua negara mengerahkan jet tempur, tank, dan pasukan darat di wilayah perbukitan yang terpencil dan dipenuhi hutan serta lahan pertanian karet dan padi.

Thailand melaporkan 20 korban tewas, terdiri dari tujuh tentara dan 13 warga sipil. Kamboja mencatat delapan warga sipil dan lima tentara meninggal dunia.

Akibat konflik ini, lebih dari 138.000 orang di Thailand terpaksa dievakuasi, sementara sekitar 80.000 warga Kamboja kehilangan tempat tinggal.

Dalam pertemuan darurat Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) yang digelar Jumat lalu di New York, Duta Besar Kamboja untuk PBB, Chhea Keo, menyerukan "gencatan senjata segera" dan penyelesaian damai atas sengketa tersebut.

Selain saling tuduh soal siapa yang memulai serangan, Kamboja juga menuding Thailand menggunakan amunisi tandan (cluster munitions). Sebaliknya, Thailand menuduh Kamboja menargetkan infrastruktur sipil, termasuk rumah sakit.

Konflik ini menandai eskalasi besar dalam sengketa perbatasan sepanjang 800 kilometer yang telah berlangsung selama bertahun-tahun, dengan puluhan kilometer wilayah masih diperselisihkan hingga kini. ***

Baca berita dan artikel Indomedia.co lainnya di Google News

Ikuti berita dan artikel lainnya di Saluran WhatsApp Indomedia.co

Editor
: Suwardi Sinaga
SHARE:
Tags
Berita Terkait
Komentar
Berita Terbaru