Budiman Bersama Perjuangan (Edisi 2)

Redaksi - Selasa, 29 Agustus 2023 15:58 WIB
Budiman Bersama Perjuangan (Edisi 2)
Istimewa
Abi Rekso Panggalih.
Oleh: Abi Rekso Panggalih

Kekuasaan Quasi Equilibrium Pikiran

Biasanya, kekuasaan akan selalu mencari jalan pintas tanpa mempertimbangkan kekayaan pikiran. Kekuasaan juga memungkinkan bercerainya antara apa yang diucapkan dengan yang menjadi tindakan. Kekuasaan memang punya kecenderungan memabukan.

Jika itu semata-mata menjadi acuan, seharusnya Budiman sudah sejak lama meninggalkan urusan kerakyatan. Dia sudah beralih profesi menjadi maestro penggali sumber-sumber kekayaan. Tapi kita saksikan, Budiman sebagai entitas politik berdiri tegak dan patuh di semenanjung perjuangan. Kendatipun, kapal besar yang ditumpanginya tidak pernah melabuhkan dirinya di satu semenanjung harapan. Budiman dibiarkan terombang-ambing, dan menjadi tontonan pemburu kekuasaan.

Dalam podcast Faisal Akbar, yang juga dihadiri Masinton Pasaribu, Budiman Sudjatmiko menyatakan pengakuan yang selama ini tidak diungkapkan. Apa katanya? Secara runut dijelaskan bahwa jika alasanya adalah kekuasaan atau kekayaan sejak 2012 semestinya Budiman sudah bercerai dengan politik kerakyatan. Karena saya dan Budiman selalu percaya bahwa politik kerakyatan adalah pikiran yang harus kita perjuangkan dalam penyelenggaraan kekuasaan.

Sekaligus dalam pernyataan kali ini saya utarakan, bahwa "Political in absentia" Budiman terhadap Ganjar adalah jauh sebelum ditetapkannya Ganjar secara resmi oleh PDI Perjuangan.

Kurang lebih tiga tahun lalu, di sebuah pojok Tebet Kafe seorang kawan. Budiman Sudjatmiko bertanya pada saya, siapa Calon Presiden 2024 yang cocok? Cepat-cepat saya menjawab; "hanya ada dua Prabowo Subianto atau Ganjar Pranowo".

Sepanjang kami berdiskusi, Budiman memang secara fundamental banyak mempertanyakan gagasan dan pikiran seorang Ganjar. Bagi Budiman tiga tahun lalu, pencalonan Ganjar Pranowo memang sudah tidak meyakinkan.

Bagi saya, sikap itu tidak pernah berubah hingga Budiman menerima pemecatan. Sekalipun saya ingin menyanggah semua tuduhan bahwa pilihan Budiman bukanlah soal kerakusan, keuangan dan lain-lain. Saya rasa, tuduhan itu diciptakan dalam rangka memperkuat argumen pemecatan seorang anggota partai. (***)

Penulis adalah Deputi Kajian Said Aqil Siroj (SAS) Institute.

Baca berita dan artikel Indomedia.co lainnya di Google News

Editor
: Redaksi
SHARE:
Tags
Berita Terkait
Komentar
Berita Terbaru