MBKM: Saatnya Mahasiswa Menentukan Arah Masa Depan Secara Mandiri
Redaksi - Rabu, 18 Januari 2023 19:43 WIB
Rektor Universitas Ma Chung Prof Dr Murpin J Sembiring MSi.
Oleh: Prof Dr Murpin J Sembiring MSi
MBKM (Merdeka Belajar Kampus Merdeka) adalah kebijakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim yang bertujuan mendorong mahasiswa untuk menguasai berbagai keilmuan yang berguna untuk memasuki dunia kerja.
Isu strategis MBKM
Saat ini kreativitas dan inovasi menjadi kata kunci penting untuk memastikan pembangunan Indonesia yang berkelanjutan. Mahasiswa harus disiapkan menjadi pembelajar sejati yang terampil, lentur, dan ulet (agile learner).
MBKM menjadi solusi untuk menyiapkan mahasiswa menjadi sarjana yang tangguh, relevan dengan kebutuhan zaman, dan siap menjadi pemimpin dengan semangat kebangsaan yang tinggi.
Kebijakan MBKM berawal dari Permendikbud Nomor 3 Tahun 2020 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi. Pada Pasal 18 disebutkan bahwa pemenuhan masa dan beban belajar bagi mahasiswa program sarjana atau sarjana terapan dapat dilaksanakan:
1) Mengikuti seluruh proses pembelajaran dalam program studi pada perguruan tinggi sesuai masa dan beban belajar; dan
2) Mengikuti proses pembelajaran di dalam program studi untuk memenuhi sebagian masa dan beban belajar dan sisanya mengikuti proses pembelajaran di luar program studi.
MBKM membantu mahasiswa memiliki kesempatan untuk mendesign masa depannya secara mandiri (merdeka).
Satu semester atau setara dengan 20 SKS menempuh pembelajaran di luar program studi pada perguruan tinggi yang sama; dan paling lama dua semester atau setara dengan 40 SKS menempuh pembelajaran di luar perguruan tinggi.
Tujuan kebijakan program MBKM ("hak belajar tiga semester di luar program studi") adalah:
Untuk meningkatkan kompetensi lulusan, baik soft skills maupun hard skills, agar lebih siap dan relevan dengan kebutuhan zaman, menyiapkan lulusan yang kompeten baik sebagai pencipta kerja (jobcreator) maupun pencari kerja (jobseeker).
Program-program experiential learning dengan jalur yang fleksibel diharapkan akan dapat memfasilitasi mahasiswa mengembangkan potensinya sesuai dengan passion dan bakatnya.
MBKM membuka kesempatan luas bagi mahasiswa untuk memperkaya dan meningkatkan wawasan serta kompetensinya di dunia nyata sesuai dengan passion dan cita-citanya. Saatnya mahasiswa secara mandiri menentukan arah masa depannya.
MBKM memberikan pilihan kepada mahasiswa untuk belajar di manapun, semesta belajar tak berbatas. Mahasiswa belajar tidak hanya di ruang kelas, perpustakaan dan laboratorium, tetapi juga bisa di desa, industri, tempat-tempat kerja, tempat-tempat pengabdian, pusat riset, maupun di masyarakat.
Bentuk kegiatan pembelajaran yang dapat diambil oleh mahasiswa berupa:
1. Kegiatan magang di Industri
2. Mahasiswa membangun desa
3. Mengajar di sekolah
4. Pertukaran mahasiswa
5. Penelitian di lembaga riset
6. Pengembangan kewirausahaan
7. Proyek mandiri
8. Proyek kemanusiaan
9. Bela negara.
Banyak perusahaan yang bertemu denga saya mengeluh lulusan PT tidak siap pakai, hanya siap training. Bagi perusahaan, kegiatan training ini mengharuskan perusahaan membentuk tim training dengan mengeluarkan biaya yang tidak sedikit serta waktu yang cukup panjang. Acap juga setelah direkruit, karyawan yang telah ditraining tersebut diperjalanan punya sifat dan sikap yang tidak produktif.
Oleh karena itu, kalangan dunia usaha dan dunia industri (DUDI) sangat menyambut baik dan antusias atas program MBKM yang dilaksanakan Universitas Ma Chung di banyak perusahaan dan industri di Indonesia.
Program MBKM yang dilaksanakan Universitas Ma Chung bertujuan untuk melahirkan generasi bangsa yang unggul, tangguh dan siap tanpa ragu atas kemampuannya memasuki dunia kerja. Survei yang kami lakukan menunjukkan sebanyak 70 persen mahasiswa peserta MBKM menyatakan siap memasuki dunia kerja.
Kerja sama Univ Ma Chung dan DUDI ini akan menjadi jalur akselerasi bagi DUDI untuk menemukan human resource terbaik sejak dini.
Tidak hanya itu, dengan kerja sama ini DUDI turut serta dalam mengembangkan kompentensi mahasiswa selaku calon stakeholder/karyawannya sehingga pihak DUDI sejak dini tahu calon karyawannya (sikap, budaya, disiplin, kemampuan kerja, soft skill dll) yang layak direkruit tanpa mengeluarkan biaya proses recruitment, atau membayar pihak ketiga dan biaya pelatihan bagi karyawan baru. Efisiensi akan terjadi di pihak DUDI.
Dengan demikian program Kampus Merdeka sangat strategis:
Menemukan/menentukan jalan akselerasi dalam pengembangan ekositem sesuai kebutuhan DUDI.
Perguruan tinggi juga melihat akan mendapat masukan yang berharga dari dunia nyata dunianya DUDI untuk memperbaiki kualitas lulusannya.
Disini kita lihat bahwa ada dua kebutuhan yang sesungguhnya saling mendukung dan patut dipertemukan, digabungkan dan didukung menjadi sebuah gerakan massal mengembangkan ekosistem yang impact full.
MBKM kini tak lagi menjadi sebuah kebijakan semata, namun telah menjadi gerakan akselerasi pengembangan kualitas sumber daya manusia Indonesia.
Lewat keberanian pihak sekolah dan universitas untuk mengkaji dan mengevaluasi mata pembelajaran dan mata kuliah yang tidak penting disajikan/dikurikulumkan (saya sependapat sekitar 30-35% perlu dihapus/dihilangkan) agar para siswa dan mahasiswa diberi waktu dan kesempatan lebih untuk mendalami/menguasai mata pelajaran dan mata kuliah yang essensial untuk mendesign masa depan mereka masing-masing.
Lewat momentum ini, PTN dan PTS membuat pengakuan bahwa kita gagal jadi superman untuk mengerjakan Tri Dharma sekaligus di perguruan tinggi. Hemat saya, lebih baik tunggal dharmanya, pilih salah satu, apakah kuat di pengajaran atau di penelitian atau di pengabdian masyarakat.
Agar fokus, jika mau jadi riset universiti, maka riset yang keluarannya berdampak langsung pada ekonomi masyarakat, mekanisasi industri, mekanisasi pertanian, produksi obat-obatan, dan seterusnya. Jangan hasil riset maksimal hanya di jurnal, tapi tidak berdampak bagi masyarakat luas dan DUDI yang membutuhkan teknologi yang visioner futuristik dan implementatif.
Saya kira beri waktu 25 tahun ke depan seperti gagasan saya ini selanjutnya kita boleh reorientasi adaptasi arah keluaran perguruan tinggi kita yang diperlukan pada zaman mendatang tersebut.
Saat ini dan 25 tahun ke depan dunia pendidikan di Indonesia layak diarahkan dengan target akan penguasaan/pendalaman sedikit ragam ilmu yang khusus dibutuhkan dunia nyata ketimbang mengetahui banyak jenis ilmu namun dangkal tidak berguna.
Bangsa ini harus mampu memetik dan memanfaatkan sisi positifnya program inovasi sekelas MBKM ini dan bersama kita meminimalisir potensi dampak-dampak negatif/ kontraproduktifnya yang mungkin terjadi. Tidak ada kebijakan yang sempurna dan jika ada perubahan inovasi jangan naluri penolakan yang dikedepankan.
Untuk berubah ke arah lebih baik perlu sinergi saling mendalami, menerima dan mengkoreksi yang konstruktif secara bersama-sama untuk memajukan keluaran dunia pendidikan nasional kita.
Kalau bukan sekarang, kapan lagi? (***)
Penulis adalah Rektor Universitas Ma Chung Malang dan Sekjen Forum Pendidikan Jawa Timur (FPJ)
Baca berita dan artikel Indomedia.co lainnya di Google News
SHARE:
Tags
Berita Terkait
Komentar