Spirit Persatuan Jelang Pemilu 2024
Redaksi - Rabu, 17 Mei 2023 16:51 WIB
Hendri Sinaga.
Oleh: Hendri Sinaga
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah negara yang indah dengan keberagamannya akan lebih berkembang jika dipimpin dan diarahkan dengan tepat melalui spirit persatuan. Sebagaimana yang termaktub dalam sila ketiga Pancasila, yakni "Persatuan Indonesia" dan juga semboyan yang sama-sama kita junjung "Bhinneka Tunggal Ika".
Realita yang terjadi saat ini menunjukkan bahwa apa yang telah diterangkan mengenai semangat persatuan seperti memudar secara perlahan. Hal ini terlihat dari berbagai macam perselisihan yang sudah terjadi sejak Pemilu 2014 dan 2019, makanya ada setitik harapan yang terbersit dalam hati semoga Pemilu 2024 dapat melahirkan wakil rakyat dan pemimpin yang dibutuhkan masyarakat.
Maka, yang menjadi pertanyaan sekarang adalah apakah Pemilu 2024 tak semenarik pemilu sebelumnya? Ya, tentu saja jawabannya 2024 akan tetap menjadi suguhan yang menarik bagi publik untuk lebih meyakinkan diri kepada siapa suara penentu lima tahun ke depan akan ia beri. Karena narasi politik yang dibangun pada kontestasi pemilu sebelumnya berbeda jauh dengan isu apa yang akan dibentuk pada Pemilu 2024.
Mungkin di Pemilu 2024 para timses caleg dan capres mulai menyadari bahwa masyarakat mulai bosan dengan narasi lama yang dianggap sudah basi bahkan justru tidak memiliki efek untuk mengubah pandangan publik. Seperti pemilu sebelumnya para timses dan pendukung caleg dan capres bukan cuma adu gagasan tapi juga ada yang adu jotos dan saling menjatuhkan.
Malahan yang ada hanyalah egosentris dalam mempertahankan argumen masing-masing, setiap kubu menganggap kelompoknya benar dan lebih baik sehingga akhirnya muncullah konflik perpecahan yang tidak mencerminkan jiwa luhur perangai Bangsa Indonesia yang katanya "walau berbeda tetap satu jua".
Fanatisme buta dalam mengidolakan sosok masing-masing ialah hal utama yang memicu suatu konflik terjadi, sehingga apa yang dilontarkan dari pihak lawan membuat mereka yang fanatik menjadi antikritik dan anarkis.
Misalnya terjadi persekusi terhadap beberapa kegiatan kemasyarakatan yang secara substansi tidak menjadi ancaman bagi bangsa, hanya saja karena kubu yang merasa tersudutkan mulai merasa khawatir maka muncullah aksi yang dampaknya melemahkan moralitas publik yang justru menurunkan elektabilitas pada sosok yang didukung.
Sebagai bangsa yang sudah 78 tahun merdeka, harusnya masyarakat Indonesia juga sudah mampu untuk dewasa dalam berdemokrasi. Jika kita mampu berfikir secara jernih dan positif, tidak dapat dipungkiri bahwa setiap sosok yang diperjuangkan memiliki kapasitas, kapabilitas, dan kekurangan masing-masing.
Jadi, kesimpulannya ialah Pemilu 2024 harus menjadi momentum bagi kontestan politik untuk beradu gagasan terbaik bagi perubahan dan kemajuan bangsa tanpa saling menjatuhkan moral masing-masing kubu agar terciptanya suguhan pesta demokrasi yang berkesan di hati rakyat, sehingga apapun hasil akhir dalam pemilu nanti mampu terlegitimasi di mata publik.
Karena sejatinya hakikat demokrasi secara etimologis ialah sistem pemerintahan "dari, oleh, dan untuk rakyat". Oleh karena itu, setiap calon yang maju adalah ia yang berjuang atas nama rakyat dan harus berkomitmen untuk mengedepankan kepentingan rakyat di atas segalanya, tidak terikat sistem oligarki politik yang hanya mampu menyampaikan janji manis sebagai sumpah serapahnya kepada masyarakat yang justru akan membuat masyarakat kecewa dan menimbulkan trauma politik di hati rakyat.
Pada akhirnya, berbicara terkait tahun politik 2024 adalah hal yang tak ada habisnya untuk dibahas. Karena dinamika politik itu ibarat seorang wanita, yang sulit ditebak yang alurnya tak mampu kita terka. Ada yang ketika matahari terbit menjadi kawan dan begitu matahari sudah terbenam malah menjadi lawan.
Seperti itulah menariknya dinamika politik, sehingga bagaimana perkembangan dinamika di tahun politik ini sangat menarik untuk selalu diikuti untuk dapat melihat kira-kira akan ada kejutan apa kedepannya.
Yang terpenting sebagai masyarakat yang telah dewasa dalam berfikir, jangan sampai mudah tersulut dan terpropaganda oleh pengaruh opini publik yang dapat menimbulkan perpecahan dalam tahun politik ini. (***)
Penulis adalah Manajer Hukum & Advokasi JPPR Sumatera Utara Periode 2020-2022
Baca berita dan artikel Indomedia.co lainnya di Google News
Editor
: Redaksi
SHARE:
Tags
Berita Terkait
Perkiraan 100 Caleg Terpilih DPRD Sumut
Perkiraan Sepuluh Caleg Terpilih DPRD Sumut Dapil 12
Perkiraan Lima Caleg Terpilih DPRD Sumut Dapil 11
Perkiraan Delapan Caleg Terpilih DPRD Sumut Dapil 10
Perkiraan Sembilan Caleg Terpilih DPRD Sumut Dapil 9
Perkiraan Enam Caleg Terpilih DPRD Sumut Dapil 8
Komentar